2025-04-15 | admin3

Kuliner Kontroversial Kerupuk Digoreng dengan Minyak Hitam Bahaya atau Nikmat?

Di warung makan pinggir jalan atau warteg langganan, kita kerap menemukan kerupuk sebagai pelengkap makan yang tak tergantikan. Garing, renyah, dan bikin makanan terasa lebih lengkap. Tapi di balik kelezatannya, ada satu praktik yang cukup sering ditemui dan menimbulkan tanda tanya besar: kerupuk yang digoreng dengan minyak hitam pekat. Apakah ini sekadar cara hemat, atau justru praktik berbahaya yang sudah jadi kebiasaan?

Fenomena ini tak sulit ditemukan. Di beberapa tempat, pedagang menggoreng kerupuk rajazeus login menggunakan minyak jelantah—yakni minyak yang sudah digunakan berulang kali hingga warnanya berubah menjadi cokelat gelap atau bahkan kehitaman. Meskipun secara kasat mata kerupuk tampak menggoda, aroma khas dari minyak lama kadang masih terasa. Pertanyaannya, apakah tetap aman dikonsumsi?

Kenapa Minyak Bisa Menjadi Hitam?

Minyak goreng akan berubah warna dan kualitasnya jika digunakan berkali-kali. Proses pemanasan berulang—terutama pada suhu tinggi—akan menyebabkan oksidasi dan pembentukan senyawa berbahaya, seperti aldehida dan akrilamida. Warna yang menghitam menandakan bahwa minyak tersebut sudah melewati batas layak pakai.

Beberapa pedagang memilih tetap menggunakannya demi efisiensi. Menggoreng kerupuk memang menyerap banyak minyak, dan mengganti minyak setiap hari bisa dianggap mahal, terutama bagi usaha kecil. Tapi di sinilah muncul dilema antara keuntungan dan kesehatan.

Nikmat di Lidah, Bahaya di Balik Layar

Kerupuk yang digoreng dengan minyak hitam memang tetap terasa renyah. Bahkan sebagian orang justru menyukai rasa “gosong” yang muncul akibat penggorengan kuliner kontroversial dengan minyak jelantah. Tapi di balik sensasi itu, ada risiko kesehatan yang tidak bisa diabaikan.

Beberapa dampak negatif dari konsumsi minyak bekas berulang kali antara lain:

  • Memicu radikal bebas dalam tubuh yang berkontribusi pada penuaan dini dan penyakit degeneratif.

  • Meningkatkan risiko kanker, terutama dari senyawa akrilamida yang terbentuk saat makanan digoreng pada suhu tinggi.

  • Gangguan pencernaan seperti mual, diare, atau kembung.

  • Memengaruhi kesehatan jantung karena peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL).

Bahkan menurut beberapa penelitian, minyak yang telah digunakan lebih dari 3 kali sudah mulai menunjukkan perubahan struktur kimia yang tidak sehat untuk tubuh.

Edukasi dan Kesadaran Bersama

Permasalahan minyak hitam ini bukan hanya soal tanggung jawab pedagang, tetapi juga kesadaran konsumen. Sering kali, demi harga murah dan rasa gurih, kita cenderung mengabaikan proses di balik makanan yang kita konsumsi.

Idealnya, konsumen bisa mulai lebih kritis dan memilih tempat makan yang menjaga kebersihan dan kualitas bahan. Sementara itu, edukasi kepada pedagang tentang bahaya penggunaan minyak jelantah secara berulang juga sangat penting. Beberapa komunitas sudah mulai mengadakan pelatihan UMKM untuk mendorong praktik masak yang lebih sehat.

BACA JUGA: Mengenal Endive: Si Pahit yang Elegan

Share: Facebook Twitter Linkedin