2025-04-24 | admin3

Bubur Pedas: Rasa Tidak Jelas Lidah Terbakar – Sensasi Kuliner dari Kalimantan

Indonesia dikenal sebagai surga kuliner dengan keragaman cita rasa dari Sabang hingga Merauke. Setiap daerah memiliki makanan khas yang menggambarkan budaya dan selera lokal yang unik. Di Kalimantan Barat, terdapat salah satu makanan tradisional yang tak hanya menggoda rasa, tapi juga menantang keberanian lidah—Bubur Pedas. Seperti namanya, makanan ini memang “pedas”, namun di balik kepedasannya tersimpan perpaduan rasa yang bisa dibilang… tidak jelas namun menggugah selera.

Kalimat “rasa tidak jelas, lidah terbakar” bukanlah ejekan, melainkan bentuk cinta-benci yang sering dirasakan penikmatnya. Bubur ini bukan sekadar makanan, tapi pengalaman rasa.


Asal-Usul Bubur Pedas

Bubur Pedas berasal dari suku Melayu Sambas, Kalimantan Barat. Awalnya, makanan ini hanya disajikan pada momen-momen tertentu, seperti bulan Ramadan atau acara adat. Namun kini, bubur ini bisa ditemukan di warung-warung tradisional atau pasar-pasar pagi. Meski disebut “bubur”, tekstur dan isinya jauh dari bubur ayam yang umum kita kenal.

Bubur Pedas lebih mirip gulai kental yang diaduk dengan sayur mayur dan rempah yang melimpah. Tampilannya mungkin tidak mewah, bahkan terlihat seperti “sayur aduk jadi satu”, tetapi soal rasa, siapa pun yang mencobanya akan merasakan kejutan di suapan pertama.


Isi Bubur Pedas: Segala Ada, Rasa Tak Tertebak

Apa saja bahan dalam bubur ini? Banyak. Sangat banyak. Bubur Pedas umumnya dibuat dari campuran beras tumbuk yang dimasak dengan air hingga mengental. Setelah itu, berbagai sayuran seperti kangkung, daun pakis, daun kesum (daun laksa), daun kunyit muda, dan daun kemangi dicampurkan bersama.

Lalu masuklah aneka bumbu: lengkuas, jahe, kunyit, serai, cabai merah, bawang putih, dan bawang merah. Beberapa resep bahkan menambahkan kelapa sangrai agar rasanya lebih gurih dan pekat. Kemudian sebagai topping: ikan teri, kacang tanah goreng, atau ebi (udang kering) ditaburkan di atasnya.

Inilah mengapa rasa Bubur Pedas sering disebut “tidak jelas”—karena terlalu banyak unsur yang berkelindan di dalamnya. Ada rasa gurih, asam, pahit dari daun-daunan, wangi rempah, dan tentu saja… pedas yang menendang.


Sensasi Pedas yang Meledak di Mulut

Pedas di sini bukan sekadar pedas. Bukan tipe cabai rawit merah yang membakar seketika, tapi pedas yang datang perlahan, menjalar dari ujung lidah ke tenggorokan. Ditambah lagi dengan panas dari rempah-rempah seperti jahe dan lada, membuat sensasi “lidah terbakar” menjadi pengalaman khas saat menyantap bubur ini.

Namun anehnya, meski sudah tahu akan tersiksa, banyak rajazeus orang tetap kembali mencari Bubur Pedas. Sensasi “tersiksa tapi rindu” ini yang membuat bubur ini punya penggemar setia. Mungkin karena kombinasi rasa yang kompleks itu membuat setiap suapan menjadi petualangan rasa yang berbeda.


Waktu Terbaik Menyantap Bubur Pedas

Biasanya, Bubur Pedas disantap saat pagi atau sore hari, ketika perut kosong dan cuaca tidak terlalu panas. Rasanya yang hangat dan bumbu yang kaya rempah dipercaya bisa menyegarkan badan dan meningkatkan imunitas. Bahkan banyak orang tua di Kalimantan yang percaya bahwa bubur ini bisa menghangatkan tubuh dan cocok untuk orang yang sedang masuk angin.


Bubur Pedas di Zaman Modern

Kini, Bubur Pedas juga mulai bertransformasi. Banyak restoran dan kedai mencoba menyajikannya dengan tampilan lebih modern—disajikan dalam mangkuk estetik, dengan topping yang lebih variatif, bahkan dijual dalam versi instan. Namun tetap, cita rasa tradisionalnya yang meledak-ledak tetap dipertahankan.

BACA JUGA: Kuliner Italia Bau Tidak Enak? Ini Penjelasan di Balik Aromanya

Share: Facebook Twitter Linkedin